Pages

Wednesday, September 22, 2010

need my straight face

...dan saya pun menangis

Aneh. Seharusnya saya tak lagi menangis. Ini bukan hal baru. Saya seharusnya sudah punya self-defense yang kuat. Dan bila jebol pun ada self-healing yang membereskannya seketika.

Ternyata saya masih juga menyia-nyiakan air mata saya yang berharga ini. Yang bisa berubah jadi berlian seperti dalam kisah putri duyung. Hehe. Ah, lelucon saya kok terasa hambar, padahal biasanya saya bisa tertawa habis-habisan. Saya selalu menggemari selera humor diri saya sendiri. Tapi tidak hari ini.

Ah, blog aneh saya berubah jadi diary lagi.

gelap...

Sunday, September 19, 2010

i got the hints, yes, it's fiction

Good evening, amigos \(^_^)/
Yesterday i got something interesting from grandpa Google. It's Hint Fiction.

Hint Fiction was first posted on Robert Swartwood's blog, the Flash Fiction Chronicles. He coined the term for an extremely short fiction. A story which is written in 25 words or less will be determined as Hint Fiction.

This kind of story sounds new but it's not,actually. Famous author, Ernest Hemingway, claimed his best work was his six-words novel, "For sale:baby shoes,never worn". Hint Fiction looks like rising up again nowadays by the invention of Twitter. This social network media let you tell your life story within very limited words, doesn't it?

The term 'Hint Fiction' has captivated my mind from the very first time. I heard myself whispering "try this or die". The whisperer is the hyperbolics me. Yes, she is so hyperbolics but she understands me as well as always. I desperately wanna try to make any hint fiction then. I thought it would be easy. It's just write down few words, rite?

If you thought so, just be careful because i've fooled by my own thought. In fact, it's not as simple as it seems. We need to give 'hints' for the readers as much as possible so half of them get a quite similar way of thinking. But still, leave corners for growing their imagination. I found it rather difficult in choosing less than 25 proper words to make a clear-yet-mysterious-and-actually-more-complex story.

So since yesterday, This Hint Fiction fever has been being a true challenge to my writing hobby. I will effortly work on it. By the way, as i write this post, i spill out some ideas of hint fiction, too, on my private notepad. Not yet get the great one. I need to try harder. Yup, fighting! \(>O<)/

Thursday, September 9, 2010

Masa Muda yang Menggelora??

Q: Kegiatan apa yang paling sering dilakukan di bulan Ramadhan?
A: Puasa
Q: Heuhh,ya tau. Kegiatan selain puasa?
A: Buka bareng!

Undangan buka bersama memang seperti tidak ada habisnya ketika bulan puasa tiba. Buka bersama teman kuliah, teman satu SMA, teman main voli, teman satu SMP, teman SD, teman karang taruna, dst, dst. Daftarnya seringkali lebih panjang daripada satu halaman folio bergaris yang setiap garisnya diisi dua baris *lebay. Begitu juga yang terjadi pada saya Ramadhan tahun ini. Beberapa kali sampai bingung mencari-cari alasan untuk tidak hadir buka bersama karena kepala koki di rumah, alias ibu saya, murka masakannya terus-menerus diabaikan. FYI, saya juga lebih suka masakan ibu di rumah daripada masakan restoran paling enak sekalipun..

Lhah, apa hubungannya masak-memasak dengan titel "masa muda yang menggelora?". Mmmm, tidak ada. Hehe. Sebenarnya kali ini saya bercerita tentang hal-hal absurd yang pernah saya lakukan semasa SMP dulu. Hal-hal ini menghambur ke dalam ingatan kemarin sore, bersamaan dengan buka bersama teman seangkatan saat SMP. Kebanyakan teman tak pernah saya temui selama kurang lebih enam tahun. Mereka berubah, perempuannya lebih cantik, para lelaki lebih berotot =). tapi tetap ada karakter yang melekat, yang saya ingat lebih dari nama mereka. Senyuman si A dan gaya berdiri si B mengantar saya dengan sukses kembali ke enam tahun lampau, ke sebuah SMP favorit di pinggir kota, ke lapangan basket yang penuh dengan keributan manusia-manusia di awal masa remaja dengan seragam SD berlarian kesana kemari.


"Ayo cepat dik!", seorang kakak OSIS bertampang garang sibuk menertibkan para peserta Masa Orientasi Siswa(MOS) yang hampir terlambat mengikuti upacara penyambutan di lapangan sekolah yang dinaungi pohon-pohon rindang yang belakangan saya ketahui sering menjatuhkan bom ulat pada manusia yang berdiri di bawahnya. Saya yang berusia tiga belas tahun lebih sedikit saat itu, dengan potongan rambut yang disebut 'potong batok'(bagian belakang sangat pendek dan sejajar dengan poni yang pas di alis) dan wajah yang jauh lebih culun dari sekarang, celingukan mencari beberapa teman SD yang masuk di SMP yang sama. Tapi sepertinya tak ada yang satu kelas dengan saya. Saya hampir merasa sedih ketika pandangan saya tertumbuk pada barisan kecil yang memasuki lapangan dengan gagah (yang kalau saya pikir-pikir lagi ternyata sedikit lebay) dan berhenti di tengah-tengah, tepat di depan murid-murid baru. Barisan gagah itu ternyata adalah pengurus inti OSIS yang terdiri dari kakak-kakak kelas tiga. Mata saya yang saat itu belum minus jeli menjelajahi senior-senior itu dari ujung topi hingga ujung sepatu. Ada yang sipit, ada yang hitam manis, ada yang berambut kribo, dan puji Tuhan, ada seorang kakak ganteng berwajah indo berdiri di nomor dua dari ujung barisan. Ah, saya lupa apa jabatannya kala itu, kepala divisi sesuatu. Ketika dia maju ke depan barisannya dan mulai memperkenalkan diri, saya sadar itu adalah saat-saat penting dalam sejarah hidup saya. Ini adalah titik awal saya menyadari orientasi seks saya yang normal dan observasi pertama saya atas istilah lelaki tampan. Hehe..

Pada masa itu, masa hampir-pubertas, saya juga belum mumpuni dalam mengendalikan ekspresi. Apa yang saya pikirkan tergambar jelas di wajah saya sehingga setelah satu minggu MOS berakhir, hampir seisi sekolah(yang ini betulan dan tidak lebay) tahu kalau saya mengagumi si kakak OSIS tampan. Hal itu diperparah dengan ketidaksensitifan saya yang dengan semangatnya sering sengaja lewat depan kelasnya ketika membawa buku tugas ke ruang guru dan melongok-longok dengan gamblang di pintu kelas si kakak yang terbuka. Saya tidak pernah menyadari kenapa si kakak dan teman-teman sekelasnya menulis atau membaca dengan menahan senyum. Haaaaaahhhh, ternyata saya yang jadi hiburan gratis bagi mereka.

Semakin hari semakin banyak yang menggoda saya tentang si kakak tampan. Terutama teman-teman OSIS-nya. Pernah suatu ketika saya sedang melengkapi isi majalah dinding sendirian, seorang kakak OSIS yang berkulit hitam tetapi bermata sipit yang kini kabarnya telah menjadi ahli di sebuah perusahaan minyak asing, memandangi saya sambil tersenyum-senyum dari balik papan majalah dinding. "Kamu kapan ulangtahun?," tanyanya. "Masih lama kak," saya menjawab dengan bingung setelah beberapa detik tercenung. "Tapi hadiahnya aku kasih sekarang mau?," tanyanya lagi sambil menahan tawa. Saya yang masih merasa tak mengerti, menggaruk-garuk kaki dengan salah tingkah. Tiba-tiba si kakak hitam sipit menarik tangan seseorang yang sedari tadi berdiri di sebelahnya. Jeng...jeng... Sang kakak tampan melihat saya sambil tersenyum, fantastis. Senyum yang saya tuliskan sebagai 'senyum seribu kilowatt' di diary lawas saya yang berwarna pink norak dan ketumpahan es cincau.

Cerita saya dan si kakak senyum seribu kilowatt berakhir beberapa saat sebelum ia lulus. Momen klimaks yang akan selalu lekat bahkan dalam ingatan saya yang sangat lemah ini. Hari itu di jam istirahat, saya berdiri di depan kelas saya yang bersebelahan dengan kelas 3 dimana ada kakak kelas semasa SD yang saya kenal baik. Saya kemudian tak sengaja mendengar perbincangan kakak yang saya kenal itu dengan beberapa orang temannya yang hendak mengerjai saya. Segera saya berlari masuk ke dalam kelas dan duduk dengan waswas di bangku paling belakang. Tak lama kemudian, teman akrab saya memberitahukan dari luar pintu kelas kalau saya dicari kakak-yang-saya-kenal. Perut saya melilit. Saya yang sangat immature saat itu, menjerit-jerit ngeri dari dalam kelas. Rupanya jeritan saya malah membuat kakak-yang-saya-kenal dan beberapa temannya gemas dan masuk ke dalam kelas. Mereka menarik dan menyeret saya keluar kelas. Mungkin terdengar seperti bullying, tapi bukan, ini dilakukan dengan tidak bermaksud kasar. Saya tidak terluka secara fisik digandeng erat dan setengah diseret begitu, tapi rasa malu saya yang terluka parah. Haha. Saya dibawa hingga ke depan kelas kakak-yang-saya-kenal dengan disaksikan hampir seisi sekolah(lagi-lagi ini nyata,bukan hoax) yang tertarik pada keributan. Jeritan saya, sorakan kakak-kakak kelas 3.

Saya berhenti menjerit, atau lebih tepatnya tersedak, ketika menyadari tidak hanya saya yang diseret-seret. Sang kakak tampan juga diseret teman-temannya menuju ke arah saya. Gilaaaa..... Momen ketika saya berdiri berhadapan dengan kakak tampan menjadi pengalaman paling absurd sepanjang kelas 1 SMP, dan masih berada dalam urutan atas daftar pengalaman ganjil saya hingga hari ini. Kami berdiri saja ditonton sekitar seratus orang yang heboh bersuit-suit di sekeliling kami. Saat-saat aneh yang tidak tertahankan itu berakhir ketika kakak tampan dengan sabar tersenyum pada saya lalu berpamitan untuk kembali ke kelasnya. Mungkin ia kasihan melihat muka saya yang bersemu ungu dan tampak ngeri melihatnya menjulang di depan saya. Setelah ia berbalik, saya juga kembali berjalan ke kelas saya dengan sempoyongan diikuti pandangan tak puas dari penonton. Apa lagi?apaaa??? sudah habis harga diri saya *yang ini lebay. Hehee..

Tahun-tahun berikutnya di SMP juga penuh dengan kejadian-kejadian komikal yang cukup komersil yang mungkin bisa dijadikan novel teenlit *kepedean. Tapi berhubung posting ini sudah terlalu panjang, sebaiknya cerita konyol tentang masa SMP segera saya hentikan.

Anyway, bertemu dengan teman-teman lama bagi saya selalu menyenangkan, bahkan jika dulu teman itu sangat menyebalkan. Waktu membuat kita bisa menertawakan pengalaman atau setidaknya memancing senyum simpul. Ah, masa muda penuh gelora..


cerpen ganjil bagian satu

Wawawawawawawawawa. Saya senangggg sekali. Ini adalah tiga hari setelah saya memerjer dua blog saya menjadi satu agar lebih terurus. Konsekuensinya memang ada beberapa follower(cuma satu atau dua,seingat saya) yang hilang. Huhu,maaf teman-teman, ini kesalahan teknis, saya tidak memback-up link dulu dan main impor impor saja. Semoga kita berjumpa lagi di lain waktu. Huhuuuu,,,

Konsekuensi lain adalah tulisan-tulisan yang jadi bilingual. Hehe. But it's not a big problem, rite? Foreign language-nya hanya bahasa Inggris yang sudah jamak dipakai orang kok, bukan bahasa Tagalog atau apa...

Ohya, kali ini saya akan mem-post sebuah cerita pendek aneh yang berjudul aneh pula, bikinan saya dua tahun lalu, kurang lebih. Rencananya akan saya muat dalam beberapa bagian agar tidak memegalkan kepala pembaca (hah.kalimat apa ini)...

Ok, fasten your seatbelt, sediakan kantong untuk muntah and check it out,,

Lumpur Kentang Biyan

“Aku sudah nunggu satu jam tapi Kak Ucan gak datang, Tod”, airmataku hampir menitik. Kupandangi wadah kue berwarna pink muda transparan di tanganku. Lumpur kentang yang kubuat susah-payah tampak pucat, lembek, dan menyedihkan di dalamnya.

“Cuma ada dua kemungkinan. Dia hilang ingatan atau mati waktu mau ke sini.” Ekspresinya dingin tapi aku merasa hangat sangat menengadah memandangi wajahnya yang bersegi. Dia sendiri butuh dihibur tapi malah menghiburku. Aku tiba-tiba merasakan kehadiran Kak Ucan, bau parfumnya, debaran jantung dengan kombinasi aneh yang hanya terjadi saat ada dia. Aku menangis frustasi. Aku akan melemparkan kotak kueku ketika Toddy mengambilnya lalu memelukku erat-erat.

“Biar aku yang makan”, kata Toddy sambil menangkupkan tangannya di kepalaku seperti memegang anak kucing. Aku terisak semakin dalam.

---

Toddy diare selama dua hari berturut-turut setelah menghabiskan lumpur kentang spesial buatanku. Berminggu-minggu ia tidak doyan memakan apapun yang sedikit mirip dengan kue lumpur. Dia tidak mau meminum jus mangga atau makan pisang bakar yang menurutnya berwarna seperti kue lumpur. Karena kekonyolan itu, aku hampir lupa dengan perasaanku yang carut-marut karena kepergian Kak Ucan dan janji yang dibatalkan secara sepihak olehnya. Aku juga diam-diam bersyukur karena yang merasakan hasil eksperimen gagalku bukan kak Ucan yang kupuja. Kalau benar-benar Kak Ucan yang menjadi korban, bisa-bisa aku sekamar dengan Melissa, kakak Toddy. Ups, tapi jangan sampai Toddy tahu pengandaian yang menyinggung hati ini.

“Pinter juga itu si Raushan, lari dari kue beracunmu. Hamsiong!”, Toddy memaki. Aku tertawa getir. Au revoir, kak Ucan.

-to.be.continued.as.soon.as.possible-

Monday, September 6, 2010

Wasting The Time (-_______-)##

Today i had an appointment to do the college task with my classmate. Couple days ago i said “let’s just meet in Sunday at 9 am”. He disagreed and chose Saturday at the same time. I’m so busy these entire week but i said ok. It’s because i thought he is quite good friend with me, we known for each other for almost three years. We took many classes together and we worked on the same student organization. I came at nine and he’s not there.


I sent him a message at ten but no reply. One hour later, he sent me message for just asking whether i bring laptop or not. I said of course, just come quick. It’s like he would never come. I waited till 1.30, but i just got the wind to chat with. Some minutes later, about few minutes to 2 pm, he sent me message that told me where was his position. On our organization room. Just that. I replied his message and he just said “did i do wrong?” Phew, what a great friend. Haha. I know maybe my anger is overwhelming. Maybe it’s just because i had so many tasks and i was becoming easy to mad at anything improper. Gosh,i had wasted my priceless time for an activity called “waiting”. Magnifique! I tried to do another task while waiting, but i just can’t focus on it. I’m so angry. I want to kick his head. I want to tear his body into pieces. Or whatelse sadistic. Or take him to the hospital, who knows he got the temporary amnesia. Well, i know i can’t do nothing except write down all my dissapointment on these window. Yeah,pretty satisfying. Haha. Hope he’ll burn out in hell, as**ole!

-august first,2010-

lovely rain on holiday monday morning :))

Bonjour, everyone....
It's raining on my hometown rite now. Not a big rain. Not a light, one. Just perfect.

I always love rain since i'm a litte girl. The furthest time i remember when i was about three or four years old. I was standing on the sofa behind the window in my grandma's old house starring the rain. I love the way raindrops fell as a clear ball then dropped to the ground,, i love the smell, too.


When i was 14, i like to imagine being one of Harry Potter's friend, sitting beside him in the train, it's raining outside, the mistyque green hills are sparkling and wet, and we're waiting for Hogwarts. Honestly, i still hope for that moment till now :)

Another thing again i like about raining is i can be so easily write(about anyting,junk to mellow to serious) down my thoughts.I often get new weird-yet-original idea for my random short story or the spirit to make up my blogs or doing my homework with a big smile. Grin. Grin...

Right now, i get the second one. After million years( yes, i always so that hyperbolics) i don't care about my blogs, i want to see them, give new clothes, and post some posts i forget in my laptop. Some are new, when some are from past time in my e-diary. Maybe that's all boring. But, force yourself to enjoy that. LOL