Pages

Saturday, July 9, 2011

Otjehan Skripser part 1

Beberapa hari lalu, ayah meletakkan dua buah buku di meja belajar saya. La Tahzan dan La Tahzan untuk wanita, karangan Aidh al Qarni, bersamaan dengan pesan untuk membacanya dan mengurangi kegemaran membaca novel. Saya kaget. Apa ayah saya tahu kalau novel yang saya pinjam itu kebanyakan novel erotis? Haha. Bercanda.

Saya jelas menyukai La Tahzan bahkan hanya dengan membaca resensinya dan scanning pada 5 detik pertama. Ini karena La Tahzan banyak menggunakan sumber Al Qur'an sebagai pembanding ulasannya. Al Qur'an ini satu-satunya buku yang saya percayai sepenuh hati. Yang saya yakini sebagai hadiah keren dari Tuhan dan tanpa tendensi.

Sayangnya saya belum memiliki rasa tertarik yang sama pada La Tahzan untuk wanita karena pada scanning 5 detik pertama, saya melihat acuannya pada Al Qur'an tak sebanyak La Tahzan. Dan cara penyampaiannya sedikit terasa menggurui. Saat saya badmood, mungkin cara penyampaian seperti itu saya sebut dengan merendahkan kemampuan intelegensia perempuan. Tapi berhubung saya sedang goodmood, maka saya mencoba berprasangka baik. Hehe.

Hari ini saya membaca satu subbab pendek yang berjudul "Isi Waktu Luang Dengan Berbuat!". Berikut petikan paragrafnya ;
       " Bila pada suatu hari anda mendapatkan diri anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas! Sebab dalam keadaan kosong itulah pikiran anda akan menerawang kemana-mana; mulai dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu anda alami..."
Paragraf di atas benar-benar pas dengan keadaan saya sampai saya curiga si bapak Aidh al Qarni terinspirasi menulis subbab ini setelah bertemu saya di jalan. Haha.

Sebenar-benarnya, saya tidak bisa disebut sedang menganggur tanpa kegiatan. Saya jelas sedang digelendoti skripsi yang mangkrak hampir empat bulan penuh. Tetapi rasa malas yang terlalu berat untuk saya tanggung ini, halah, selalu berhasil merayu saya untuk mencari distraksi dari skripsi. Yang saya lakukan tiap hari cuma mencari ransum snack di kulkas, membuat latte, duduk manis di meja belajar, membuka laptop, menancapkan modem, lalu....... browsing hal-hal yang menyimpang dari rencana menggarap skripsi. Meminjam istilah teman kampus saya, Alvin Zakky, yang membedakan mahasiswa tingkat akhir menjadi mahasiswa yang berniat mengerjakan skripsi dan berpura-pura mengerjakan skripsi, saya jelas seorang fanatik kubu kedua.


Kemalasan mulai menggerogoti ketika satu hari saya lewati tanpa menyentuh si kekasih yang terkhianati ini #skripsi. Satu hari menjadi dua lalu tiga lalu hitungannya melompat jadi mingguan. Sungguh ngeri ketika saya menoleh ke belakang, tapi saya terjebak dalam roller coaster kemalasan yang melaju dengan kecepatan penuh, yang operatornya ketiduran dan lupa menekan tombol stop setelah satu putaran. Oke, deskripsi saya barusan agak berlebihan, tapi intinya... ya begitulah.

Jadi mari, saya, dan anda sekalian mahasiswa tingkat akhir, mari kita kembali ke pelukan skripsi. Mari kita putuskan hubungan dengan kemalasan. Mari kita sambut masa depan cerah ceria!

"Berhenti dari kesibukan itu kelengahan, dan waktu kosong adalah pencuri yang culas.....", -La Tahzan-