Pages

Sunday, December 25, 2011

The Unfortunate Series of Cabbages

taken from random googling


Atas nama pencitraan :p, jarang sekali saya menuliskan perasaan saya yang sebenar-benarnya di media sosial. Tapi terkadang, saat kantong keluhan telah penuh, ada juga perasaan yang tidak sengaja menetes di sana-sini. Hmm, postingan ini salah satunya. Hmm, sangat tidak penting dan annoying. Watchout :D

Kantong keluhan imajiner saya kali ini meluber-luber karena saat saya sedang tegang fisik dan mental menjelang ujian kelulusan, kemampuan 'habluminannas' turun drastis. Nah, kemampuan yang turun drastis ini kemudian membuat saya menghadapi orang lain dengan raw, lupa mengendalikan analisis dan lidah, lupa melindungi perasaan orang lain. Maka saya paling ngeri berinteraksi dengan individu-individu yang lembut hati dan vulnerable pada keadaan seperti itu. Because soft-hearted and vulnerable people will look like cabbages when i'm the knife. Instinctly, i want to cut them to pieces, rite? Dan tadaaaa, berjejerlah barisan teman-teman sakit hati terkena omongan jahat saya..

Well i know i'm not at no-fault point. Tapi tapi tapi........  :p

Tapi kadang saya merasa agak tidak adil juga kalau setiap yang lembut-lembut langsung dianggap korban, sedangkan yang keras-keras (*oho,bias ya) langsung dicap sebagai the evil doer. Padahal banyak alternatif kemungkinan selain pakem so-called-evil jahat, so-called-angel baik. Untuk referensi, coba lihat film You Again atau drama korea My Love, Patzzi dan Cinderella's Stepsister (*referensi yang tidak meyakinkan ya :p). Terkadang si angel-lah si antagonis berjiwa manipulatif atau keduanya protagonis, hanya saja terjebak dalam situasi yang salah.

Jadi, jadi, jadi, wahai para pribadi klise yang dengan tergesa-gesa melabeli sharp=evil doer, soft=holly angel, coba berpikirlah dengan lebih menyeluruh sambil membuka mata, hati, telinga lebar-lebar. Dan bagi para lelembut yang merasa pernah tersakiti perlakuan kejam saya, gunakan 5-10 menit waktu senggang untuk berpikir ulang dengan kepala dingin. Kalau kamu ingin saya mengerti, sudahkah saat itu kamu mengerti keadaan saya? Kalau kamu lelah menghadapi kata-kata tajam saya, apa saya tidak boleh lelah menghadapi kegoyahan hatimu? Kalau kamu berkeras dan berkata "saya tidak goyah!", apa saya tidak boleh bilang "saya hanya berusaha jujur" ?

Ah, sudahlah. Enough curhat-curhatan ababil. Off to cut the cabbages (*hey, it,s for salad) :)
p.s:errrrr,title taken from random memories