Pages

Monday, October 18, 2010

un-understood feeling

tentang hal ini
saya tak bisa berpikir
jadi jangan coba menebak pikiran saya

tentang hal ini
saya tak tahu harus bersikap bagaimana
jadi jangan coba menafsirkan perilaku saya

tentang hal ini
saya hanya seberat helai daun kecil yang tercerabut dari ranting
lalu hilang diterbangkan angin

jangan coba berlari sekenanya
mengikuti arah angin seadanya, 

karena anda akan tersesat
seperti juga saya

Wednesday, September 22, 2010

need my straight face

...dan saya pun menangis

Aneh. Seharusnya saya tak lagi menangis. Ini bukan hal baru. Saya seharusnya sudah punya self-defense yang kuat. Dan bila jebol pun ada self-healing yang membereskannya seketika.

Ternyata saya masih juga menyia-nyiakan air mata saya yang berharga ini. Yang bisa berubah jadi berlian seperti dalam kisah putri duyung. Hehe. Ah, lelucon saya kok terasa hambar, padahal biasanya saya bisa tertawa habis-habisan. Saya selalu menggemari selera humor diri saya sendiri. Tapi tidak hari ini.

Ah, blog aneh saya berubah jadi diary lagi.

gelap...

Sunday, September 19, 2010

i got the hints, yes, it's fiction

Good evening, amigos \(^_^)/
Yesterday i got something interesting from grandpa Google. It's Hint Fiction.

Hint Fiction was first posted on Robert Swartwood's blog, the Flash Fiction Chronicles. He coined the term for an extremely short fiction. A story which is written in 25 words or less will be determined as Hint Fiction.

This kind of story sounds new but it's not,actually. Famous author, Ernest Hemingway, claimed his best work was his six-words novel, "For sale:baby shoes,never worn". Hint Fiction looks like rising up again nowadays by the invention of Twitter. This social network media let you tell your life story within very limited words, doesn't it?

The term 'Hint Fiction' has captivated my mind from the very first time. I heard myself whispering "try this or die". The whisperer is the hyperbolics me. Yes, she is so hyperbolics but she understands me as well as always. I desperately wanna try to make any hint fiction then. I thought it would be easy. It's just write down few words, rite?

If you thought so, just be careful because i've fooled by my own thought. In fact, it's not as simple as it seems. We need to give 'hints' for the readers as much as possible so half of them get a quite similar way of thinking. But still, leave corners for growing their imagination. I found it rather difficult in choosing less than 25 proper words to make a clear-yet-mysterious-and-actually-more-complex story.

So since yesterday, This Hint Fiction fever has been being a true challenge to my writing hobby. I will effortly work on it. By the way, as i write this post, i spill out some ideas of hint fiction, too, on my private notepad. Not yet get the great one. I need to try harder. Yup, fighting! \(>O<)/

Thursday, September 9, 2010

Masa Muda yang Menggelora??

Q: Kegiatan apa yang paling sering dilakukan di bulan Ramadhan?
A: Puasa
Q: Heuhh,ya tau. Kegiatan selain puasa?
A: Buka bareng!

Undangan buka bersama memang seperti tidak ada habisnya ketika bulan puasa tiba. Buka bersama teman kuliah, teman satu SMA, teman main voli, teman satu SMP, teman SD, teman karang taruna, dst, dst. Daftarnya seringkali lebih panjang daripada satu halaman folio bergaris yang setiap garisnya diisi dua baris *lebay. Begitu juga yang terjadi pada saya Ramadhan tahun ini. Beberapa kali sampai bingung mencari-cari alasan untuk tidak hadir buka bersama karena kepala koki di rumah, alias ibu saya, murka masakannya terus-menerus diabaikan. FYI, saya juga lebih suka masakan ibu di rumah daripada masakan restoran paling enak sekalipun..

Lhah, apa hubungannya masak-memasak dengan titel "masa muda yang menggelora?". Mmmm, tidak ada. Hehe. Sebenarnya kali ini saya bercerita tentang hal-hal absurd yang pernah saya lakukan semasa SMP dulu. Hal-hal ini menghambur ke dalam ingatan kemarin sore, bersamaan dengan buka bersama teman seangkatan saat SMP. Kebanyakan teman tak pernah saya temui selama kurang lebih enam tahun. Mereka berubah, perempuannya lebih cantik, para lelaki lebih berotot =). tapi tetap ada karakter yang melekat, yang saya ingat lebih dari nama mereka. Senyuman si A dan gaya berdiri si B mengantar saya dengan sukses kembali ke enam tahun lampau, ke sebuah SMP favorit di pinggir kota, ke lapangan basket yang penuh dengan keributan manusia-manusia di awal masa remaja dengan seragam SD berlarian kesana kemari.


"Ayo cepat dik!", seorang kakak OSIS bertampang garang sibuk menertibkan para peserta Masa Orientasi Siswa(MOS) yang hampir terlambat mengikuti upacara penyambutan di lapangan sekolah yang dinaungi pohon-pohon rindang yang belakangan saya ketahui sering menjatuhkan bom ulat pada manusia yang berdiri di bawahnya. Saya yang berusia tiga belas tahun lebih sedikit saat itu, dengan potongan rambut yang disebut 'potong batok'(bagian belakang sangat pendek dan sejajar dengan poni yang pas di alis) dan wajah yang jauh lebih culun dari sekarang, celingukan mencari beberapa teman SD yang masuk di SMP yang sama. Tapi sepertinya tak ada yang satu kelas dengan saya. Saya hampir merasa sedih ketika pandangan saya tertumbuk pada barisan kecil yang memasuki lapangan dengan gagah (yang kalau saya pikir-pikir lagi ternyata sedikit lebay) dan berhenti di tengah-tengah, tepat di depan murid-murid baru. Barisan gagah itu ternyata adalah pengurus inti OSIS yang terdiri dari kakak-kakak kelas tiga. Mata saya yang saat itu belum minus jeli menjelajahi senior-senior itu dari ujung topi hingga ujung sepatu. Ada yang sipit, ada yang hitam manis, ada yang berambut kribo, dan puji Tuhan, ada seorang kakak ganteng berwajah indo berdiri di nomor dua dari ujung barisan. Ah, saya lupa apa jabatannya kala itu, kepala divisi sesuatu. Ketika dia maju ke depan barisannya dan mulai memperkenalkan diri, saya sadar itu adalah saat-saat penting dalam sejarah hidup saya. Ini adalah titik awal saya menyadari orientasi seks saya yang normal dan observasi pertama saya atas istilah lelaki tampan. Hehe..

Pada masa itu, masa hampir-pubertas, saya juga belum mumpuni dalam mengendalikan ekspresi. Apa yang saya pikirkan tergambar jelas di wajah saya sehingga setelah satu minggu MOS berakhir, hampir seisi sekolah(yang ini betulan dan tidak lebay) tahu kalau saya mengagumi si kakak OSIS tampan. Hal itu diperparah dengan ketidaksensitifan saya yang dengan semangatnya sering sengaja lewat depan kelasnya ketika membawa buku tugas ke ruang guru dan melongok-longok dengan gamblang di pintu kelas si kakak yang terbuka. Saya tidak pernah menyadari kenapa si kakak dan teman-teman sekelasnya menulis atau membaca dengan menahan senyum. Haaaaaahhhh, ternyata saya yang jadi hiburan gratis bagi mereka.

Semakin hari semakin banyak yang menggoda saya tentang si kakak tampan. Terutama teman-teman OSIS-nya. Pernah suatu ketika saya sedang melengkapi isi majalah dinding sendirian, seorang kakak OSIS yang berkulit hitam tetapi bermata sipit yang kini kabarnya telah menjadi ahli di sebuah perusahaan minyak asing, memandangi saya sambil tersenyum-senyum dari balik papan majalah dinding. "Kamu kapan ulangtahun?," tanyanya. "Masih lama kak," saya menjawab dengan bingung setelah beberapa detik tercenung. "Tapi hadiahnya aku kasih sekarang mau?," tanyanya lagi sambil menahan tawa. Saya yang masih merasa tak mengerti, menggaruk-garuk kaki dengan salah tingkah. Tiba-tiba si kakak hitam sipit menarik tangan seseorang yang sedari tadi berdiri di sebelahnya. Jeng...jeng... Sang kakak tampan melihat saya sambil tersenyum, fantastis. Senyum yang saya tuliskan sebagai 'senyum seribu kilowatt' di diary lawas saya yang berwarna pink norak dan ketumpahan es cincau.

Cerita saya dan si kakak senyum seribu kilowatt berakhir beberapa saat sebelum ia lulus. Momen klimaks yang akan selalu lekat bahkan dalam ingatan saya yang sangat lemah ini. Hari itu di jam istirahat, saya berdiri di depan kelas saya yang bersebelahan dengan kelas 3 dimana ada kakak kelas semasa SD yang saya kenal baik. Saya kemudian tak sengaja mendengar perbincangan kakak yang saya kenal itu dengan beberapa orang temannya yang hendak mengerjai saya. Segera saya berlari masuk ke dalam kelas dan duduk dengan waswas di bangku paling belakang. Tak lama kemudian, teman akrab saya memberitahukan dari luar pintu kelas kalau saya dicari kakak-yang-saya-kenal. Perut saya melilit. Saya yang sangat immature saat itu, menjerit-jerit ngeri dari dalam kelas. Rupanya jeritan saya malah membuat kakak-yang-saya-kenal dan beberapa temannya gemas dan masuk ke dalam kelas. Mereka menarik dan menyeret saya keluar kelas. Mungkin terdengar seperti bullying, tapi bukan, ini dilakukan dengan tidak bermaksud kasar. Saya tidak terluka secara fisik digandeng erat dan setengah diseret begitu, tapi rasa malu saya yang terluka parah. Haha. Saya dibawa hingga ke depan kelas kakak-yang-saya-kenal dengan disaksikan hampir seisi sekolah(lagi-lagi ini nyata,bukan hoax) yang tertarik pada keributan. Jeritan saya, sorakan kakak-kakak kelas 3.

Saya berhenti menjerit, atau lebih tepatnya tersedak, ketika menyadari tidak hanya saya yang diseret-seret. Sang kakak tampan juga diseret teman-temannya menuju ke arah saya. Gilaaaa..... Momen ketika saya berdiri berhadapan dengan kakak tampan menjadi pengalaman paling absurd sepanjang kelas 1 SMP, dan masih berada dalam urutan atas daftar pengalaman ganjil saya hingga hari ini. Kami berdiri saja ditonton sekitar seratus orang yang heboh bersuit-suit di sekeliling kami. Saat-saat aneh yang tidak tertahankan itu berakhir ketika kakak tampan dengan sabar tersenyum pada saya lalu berpamitan untuk kembali ke kelasnya. Mungkin ia kasihan melihat muka saya yang bersemu ungu dan tampak ngeri melihatnya menjulang di depan saya. Setelah ia berbalik, saya juga kembali berjalan ke kelas saya dengan sempoyongan diikuti pandangan tak puas dari penonton. Apa lagi?apaaa??? sudah habis harga diri saya *yang ini lebay. Hehee..

Tahun-tahun berikutnya di SMP juga penuh dengan kejadian-kejadian komikal yang cukup komersil yang mungkin bisa dijadikan novel teenlit *kepedean. Tapi berhubung posting ini sudah terlalu panjang, sebaiknya cerita konyol tentang masa SMP segera saya hentikan.

Anyway, bertemu dengan teman-teman lama bagi saya selalu menyenangkan, bahkan jika dulu teman itu sangat menyebalkan. Waktu membuat kita bisa menertawakan pengalaman atau setidaknya memancing senyum simpul. Ah, masa muda penuh gelora..


cerpen ganjil bagian satu

Wawawawawawawawawa. Saya senangggg sekali. Ini adalah tiga hari setelah saya memerjer dua blog saya menjadi satu agar lebih terurus. Konsekuensinya memang ada beberapa follower(cuma satu atau dua,seingat saya) yang hilang. Huhu,maaf teman-teman, ini kesalahan teknis, saya tidak memback-up link dulu dan main impor impor saja. Semoga kita berjumpa lagi di lain waktu. Huhuuuu,,,

Konsekuensi lain adalah tulisan-tulisan yang jadi bilingual. Hehe. But it's not a big problem, rite? Foreign language-nya hanya bahasa Inggris yang sudah jamak dipakai orang kok, bukan bahasa Tagalog atau apa...

Ohya, kali ini saya akan mem-post sebuah cerita pendek aneh yang berjudul aneh pula, bikinan saya dua tahun lalu, kurang lebih. Rencananya akan saya muat dalam beberapa bagian agar tidak memegalkan kepala pembaca (hah.kalimat apa ini)...

Ok, fasten your seatbelt, sediakan kantong untuk muntah and check it out,,

Lumpur Kentang Biyan

“Aku sudah nunggu satu jam tapi Kak Ucan gak datang, Tod”, airmataku hampir menitik. Kupandangi wadah kue berwarna pink muda transparan di tanganku. Lumpur kentang yang kubuat susah-payah tampak pucat, lembek, dan menyedihkan di dalamnya.

“Cuma ada dua kemungkinan. Dia hilang ingatan atau mati waktu mau ke sini.” Ekspresinya dingin tapi aku merasa hangat sangat menengadah memandangi wajahnya yang bersegi. Dia sendiri butuh dihibur tapi malah menghiburku. Aku tiba-tiba merasakan kehadiran Kak Ucan, bau parfumnya, debaran jantung dengan kombinasi aneh yang hanya terjadi saat ada dia. Aku menangis frustasi. Aku akan melemparkan kotak kueku ketika Toddy mengambilnya lalu memelukku erat-erat.

“Biar aku yang makan”, kata Toddy sambil menangkupkan tangannya di kepalaku seperti memegang anak kucing. Aku terisak semakin dalam.

---

Toddy diare selama dua hari berturut-turut setelah menghabiskan lumpur kentang spesial buatanku. Berminggu-minggu ia tidak doyan memakan apapun yang sedikit mirip dengan kue lumpur. Dia tidak mau meminum jus mangga atau makan pisang bakar yang menurutnya berwarna seperti kue lumpur. Karena kekonyolan itu, aku hampir lupa dengan perasaanku yang carut-marut karena kepergian Kak Ucan dan janji yang dibatalkan secara sepihak olehnya. Aku juga diam-diam bersyukur karena yang merasakan hasil eksperimen gagalku bukan kak Ucan yang kupuja. Kalau benar-benar Kak Ucan yang menjadi korban, bisa-bisa aku sekamar dengan Melissa, kakak Toddy. Ups, tapi jangan sampai Toddy tahu pengandaian yang menyinggung hati ini.

“Pinter juga itu si Raushan, lari dari kue beracunmu. Hamsiong!”, Toddy memaki. Aku tertawa getir. Au revoir, kak Ucan.

-to.be.continued.as.soon.as.possible-

Monday, September 6, 2010

Wasting The Time (-_______-)##

Today i had an appointment to do the college task with my classmate. Couple days ago i said “let’s just meet in Sunday at 9 am”. He disagreed and chose Saturday at the same time. I’m so busy these entire week but i said ok. It’s because i thought he is quite good friend with me, we known for each other for almost three years. We took many classes together and we worked on the same student organization. I came at nine and he’s not there.


I sent him a message at ten but no reply. One hour later, he sent me message for just asking whether i bring laptop or not. I said of course, just come quick. It’s like he would never come. I waited till 1.30, but i just got the wind to chat with. Some minutes later, about few minutes to 2 pm, he sent me message that told me where was his position. On our organization room. Just that. I replied his message and he just said “did i do wrong?” Phew, what a great friend. Haha. I know maybe my anger is overwhelming. Maybe it’s just because i had so many tasks and i was becoming easy to mad at anything improper. Gosh,i had wasted my priceless time for an activity called “waiting”. Magnifique! I tried to do another task while waiting, but i just can’t focus on it. I’m so angry. I want to kick his head. I want to tear his body into pieces. Or whatelse sadistic. Or take him to the hospital, who knows he got the temporary amnesia. Well, i know i can’t do nothing except write down all my dissapointment on these window. Yeah,pretty satisfying. Haha. Hope he’ll burn out in hell, as**ole!

-august first,2010-

lovely rain on holiday monday morning :))

Bonjour, everyone....
It's raining on my hometown rite now. Not a big rain. Not a light, one. Just perfect.

I always love rain since i'm a litte girl. The furthest time i remember when i was about three or four years old. I was standing on the sofa behind the window in my grandma's old house starring the rain. I love the way raindrops fell as a clear ball then dropped to the ground,, i love the smell, too.


When i was 14, i like to imagine being one of Harry Potter's friend, sitting beside him in the train, it's raining outside, the mistyque green hills are sparkling and wet, and we're waiting for Hogwarts. Honestly, i still hope for that moment till now :)

Another thing again i like about raining is i can be so easily write(about anyting,junk to mellow to serious) down my thoughts.I often get new weird-yet-original idea for my random short story or the spirit to make up my blogs or doing my homework with a big smile. Grin. Grin...

Right now, i get the second one. After million years( yes, i always so that hyperbolics) i don't care about my blogs, i want to see them, give new clothes, and post some posts i forget in my laptop. Some are new, when some are from past time in my e-diary. Maybe that's all boring. But, force yourself to enjoy that. LOL

Monday, August 9, 2010

we are perfect two

Well,hola everybody...
It's been a pretty long time i don't write anything on this room nor StoplesFi, my another blogging page. I've always on this kind of up-and-down mood. Sometimes i feel like borned to write, and another time i just don't know how to spell a word. Hehe. I will get my mood up often when i'm interested on someone or something. It's often happening when i'm in love. Euhh, what a hormon! And what i wanna tell you is i think i'm in love with someone, now. Errr, maybe not so that in love yet. He's like everything, so addicting, but i don't want to follow him into the dark, or something "dramatic" like that.
He's like jump from nowhere into my plain love life, if i could say i have one. I like this kind of feeling, warm when he's around. I like this kind of heartbeating. I like the color of my blushing cheek. I like my silly smile. Maybe it's all about me. Maybe he's just an open door to the light, not the light itself-who knows, from the darkside of my unpure heart. Haha. But, whatever, still, he makes me melting all the time she stares at me. I feel like a 15 years old gal :D
I just want to thank him for appearing the right time in front of me. Feels like shower to my flower. For almost a week, i just have single song in my playlist. It's "Perfect Two" by Auburn. That silly sweet lyrics and rythm fit me perfectly on this situation. I take some part of the lyrics below. Hey boy, i think you can complete me, and who knows if in the future you'll be the one i wanna marry :)

Perfect Two


You can the peanut butter to my jelly
You can be the butterflies I feel in my belly
You can can be the captain
I can be your first mate
You can be the chills that I feel on our first date

You can be the hero
I can be your side kick
You can be the tear
That I cry if we ever split
You can be the rain from the cloud when it's stormin
Or u can be the sun when it shines in the mornin


Don't know if I could ever be
Without u cause boy u complete me
And in time I know that we'll both see
That we're all we need

Cause you're the apple to my pie
You're th straw to my berry
You're the smoke to my high
And you're the one I wanna marry

Cause you're the one for me (for me )
And I'm the one for you (for u)
U take th both of (of us)
And we're the perfect two

We're the perfect two
We're the perfect two
Baby me and you
We're the perfect two


...

Monday, June 7, 2010

equal to junkist

when i felt rejected from happiness, you suddenly jumped into my life
then i felt no more cold and lonely
warm with your arms around
your smile clouded my head
when i felt safe and accepted, you suddenly jumped out from my life
then i realized you just a part of my endless illution
the drugs from the self-healing division produced by my brain
used like heroine for reducing the pain, my feeling-ache
it was joyfull, though more hurting the next morning i wake
i thought you were real
hey,i'm addicted to you

Tuesday, May 18, 2010

Terbunuh Masalah Bodoh


Seringkali contoh-contoh kasus Seperti Ini saya analisis dan pura-pura saya pecahkan. Seperti Ini, akan saya definisikan kemudian. Selalu saya menganggap jawaban dari masalah seperti ini sangat sepele. Segamblang satu ditambah satu yang tak mungkin menghasilkan empat, mutlak dua.

Tapi tidak berlebihan kalau banyak yang bilang, kasus seperti ini di dunia nyata tak mudah didapati solusinya. Dunia anak kuliahan memang surga. Betapa mahasiswa dimanjakan dengan beban dan lingkungan yang mendukung, pelajaran yang dapat dipetik seringkali manis, konflik yang ada seringkali tak bertahan lebih dari 1x 24 jam. Mudah. Serba dimudahkan. Longgar. Banyak keleluasaan.

Sekarang saya akan menerangkan definisi kasus Seperti Ini. Sudah jamak kita dengar mungkin. Seperti Ini adalah permasalahan idealisme. Ketika dunia nyata memaksa kita bertarung melawan idealisme sendiri. Lawan atau mati, teriak si dunia nyata.

Dulu, saya akan menertawakan legenda pertarungan melawan idealisme. Orang yang tak bisa mempertahankan idealismenya pasti orang yang lemah, tak jujur, tak lurus menempuh jalan hidup. Betapa mudah menjaga idealisme itu!, teriak saya. Dulu.

Sebab itu pula-lah dua minggu ini saya sangat sinis terhadap Fi. Fi yang itu. Yang pakai kacamata. Yang cupu. Yang suka menggampangkan persoalan. Yang sok-sok an pasti bisa mempertahankan idealisme. Fi, saya sendiri. I myself….

Dua minggu ini saya magang di sebuah media cetak mainstream-meminjam istilah kawan-kawan pers mahasiswa-yang fokus pada bidang bisnis. Beberapa hari di sana saya sudah merasa salah tempat. Segmentasi pasar media ini menengah ke atas. Bahkan produk ini tak diecer di jalanan. Hanya untuk berlangganan, dengan konsumen institusi-institusi besar dan para pengusaha.

Beberapa hari saja saya merasa media ini menuhankan angka. Persentase. Nominal mata uang. Seakan saya terkena dosa besar layaknya pezina kalau meliput berita-berita dengan angle lain. Angle yang makro, yang visioner, yang saya harap bisa jadi inspirasi. Tulisan saya dikebiri. Ditinggalkan bagian yang mengandung angka-angka saja. Telanjang. Tak lebih dari onggokan huruf yang menurut saya tak bermakna.
Saya tertawa-tawa menghadapi hal itu. Ah, memang saya yang salah, ini kan media bisnis, bukan media kemanusiaan, atau budaya. Ingat lagi segmentasi pasar, dodol!

Lalu sejak hari saya sadar itulah saya berubah. Saya membuat tulisan yang datar. Menyajikan fakta ala kadarnya, tanpa peduli tak ada yang bisa saya ubah dari ketidakbenaran di masyarakat yang saya tahu. Saya hanya menulis begitu saja,bertumpu pada waktu. Semakin cepat selesai semakin baik. Peduli setan dengan isi. Peduli setan dengan idealisme. Para pengusaha itu hanya butuh jumlah buruh yang mendemo pabrik mereka, minta kenaikan pesangon berapa. Tanpa peduli sejak dirumahkan, apa yang dikerjakan para mantan buruh itu, bagaimana mereka melanjutkan hidup. Apa yang harusnya diusahakan para pihak untuk mengembalikan mereka pada hidup yang layak. Hak mencari nafkah. Hak jadi manusia. Hei, saya memang harusnya mendirikan sendiri media yang khusus menyajikan masalah kemanusiaan, mungkin. Tawa saya tumpang tindih dengan tangis.

Dari berita sebuah parade budaya, yang ingin diketahui pembaca adalah berapa arus kas tiap harinya, besarkah profit bila menjadi peserta. Tak ada yang mau sampah tentang manfaat parade itu untuk anak-anak muda yang semakin tenggelam dalam budaya asing, hilang memori dan tak acuh pada budaya lokal. Hei, mungkin saya harusnya jadi kontributor media seni dan budaya. Atau media pemuda. Atau media kebangkitan umat. Atau apalah, yang jelas bukan media bisnis dengan pembaca menengah ke atas. Segmen ini mungkin tak lagi punya hati. Tak lagi berpikir menyeluruh. Semua harus material. Bikin piramida terbalik, Fi, yang detail jumlahnya di paragraf awal. Biar taipan-taipan yang miskin waktu itu bisa sekedar membaca paragraf satu dan sudah dapat apa yang mereka butuh. Nominal.

Hancur sudah idealisme ekonomi kerakyatan via jurnalisme sastrawi yang selama ini susah payah saya kembangkan. Dari nol saya pelajari, saya hayati. Saya jadi manusia hambar. Dengan tulisan hambar. Saking tak terbiasanya, tulisan saya bahkan jadi lebih buruk lagi, Cuma semacam agenda atau deskripsi event saja.
Sekarang, saya benci mencari berita, saya benci menulis, saya benci pada kekacauan pikiran dan perasaan saya. Saya benci orang yang membunuh idealisme saya… Orang itu sayangnya saya sendiri..

Tolong, siapapun, beri saya saran, atau motivasi, atau makian. Apa saja, tampar saya agar bangun dari tidur penuh mimpi buruk seperti ini. Tolong,tolong, apa yang sebaiknya saya lakukan untuk menyelamatkan jiwa saya, at least, kalau memang pekerjaan magang ini tak bisa saya pertahankan. Sebelum idealisme saya benaar-benar mati. FYI, dia sekarang sedang sekarat.

-fi,on a super bad mood-

Thursday, May 13, 2010

untuk abang yang baik hati

mungkin abang tak tahu betapa saya menyukai abang
cara bertutur kata yang lembut itu
kemeja pink pucat itu
cara abang tersenyum
bahasa tubuh abang yang gugup dan malu-malu

mungkin abang tak tahu betapa saya sangat terharu
pujian abang waktu itu
entah basa-basi, entah bertendensi
tapi terdengar tulus di telinga hati saya

mungkin abang tak tahu betapa berartinya itu untuk saya
saya makhluk yang sinis berkaitan dengan persoalan itu,bang
tapi abang kembalikan saya menjadi saya yang semula
yang punya harapan

mungkin abang tak tahu betapa spesialnya abang buat saya
seperti pohon terakhir di dataran mati
meyakinkan saya ada air di depan sana
saat saya hampir putus asa
dan pasrah dikubur badai gersang

mungkin abang tak akan pernah tahu
tapi saya akan datang ke wisudamu
dengan gaun brokat abu-abu yang saya kultuskan
macam keris di keraton

saya menyayangi anda,
abangku yang baik hati

pelukcium,adikmu

Saturday, April 17, 2010

twenty first gift

Terima kasih Tuhan,  hari ini usia saya bertambah  satu lagi.
Terima kasih atas semua berkah yang Engkau beri.
Terima kasih atas udara ini, yang masih Kau percayakan untuk saya hirup.
Terima kasih atas anugerah keluarga dan teman-teman yang saya sayangi dan menyayangi saya.
Terima kasih atas segalanya, Tuhan.
I love You,  God,,,,,,,,

Sunday, April 11, 2010

diam itu cokelat

- - -maybe SiLence is cHocoLate till i fouNd the rigHt way to make you undeRstanD- - -
Beberapa pekan terakhir saya sibuk memikirkan cara untuk mengungkapkan sesuatu pada seorang kawan baik. Dia satu dari kawan-kawan yang punya pangkat spesial di hati saya. Sejak awal saya mengenalnya, saya sudah merasa bahwa sebenarnya ia orang yang introvert dan sensitif walaupun dibalut keceriaan layaknya kaum ekstrovert. Jarang sekali ia bercerita hal yang benar-benar penting dalam hidupnya, dia juga tak pernah menangis di hadapan saya. Saya yang punya kelainan Suka Penasaran Sama Urusan Orang ini sering harus bersusah payah dulu mengorek keterangan darinya tentang suatu hal. Sulitnya minta ampun, kalah lah para birokrat korup.

Satu dan lain hal dalam kehidupannya rupanya membuat ia jauh lebih introvert dan super sensitif. Berkomunikasi dengannya pun sekarang tak jarang membuat saya lelah. Lelah berhati-hati menjaga lidah. Apalagi sudah dari orok saya ini suka ceplas-ceplos tidak karuan. Sering ngomong dulu, baru mikir belakangan. Tentu saya paham, menjaga bicara adalah keharusan. Tetapi dulu, di antara kami ada perjanjian tak tertulis bahwa saya dan dia bebas menjadi diri sendiri di hadapan satu sama lain. Dulu perbedaan seperti masalah konyol yang rasanya tidak akan pernah jadi masalah dalam pertemanan kami.

Akhir-akhir ini sungguh banyak hal baru darinya yang mengejutkan saya. Dia tambah cantik *iri mode on. Tambah rajin *iri mode on lagi. Hahaha... Saya sama sekali tidak keberatan atas perubahan ke arah lebih baik itu. Tapi saya juga tidak memungkiri rasa sedih karena beberapa lelucon pribadi kami berdua tidak lagi lucu baginya. Kalau diibaratkan dalam novel Eragon, kami seperti sudah mulai kehilangan hubungan benak. Saya merasa dia terkadang tidak nyaman dengan saya yang terlalu kasar, terlalu messy. Saya jadi sungkan bergaul dengannya seperti dulu. Takut merusak hari-hari indahnya yang syahdu dengan kekonyolan dan kehebohan saya yang -pernah dia bilang- tidak penting =(

Tapi bukan semata-mata perasaan canggung yang mulai menyebar seperti spora jamur ditiup angin di antara kami berdua saja yang membuat bingung. Hemm, beberapa waktu lalu saya mendengar  banyak  komplain tentang  dia dari dari beberapa pihak. Saya yang dulu tentu akan langsung mengungkapkan ini padanya. Saya tidak menyukai permasalahan yang dipendam, kasak-kusuk di belakang punggung. Hasilnya pasti lebih menyakitkan. Prinsip saya, tampar langsung mukanya lalu berbaikan. Tak perlu lempar batu sembunyi tangan. Kawan saya ini rasanya yang paling mengerti jalan pikiran saya. Dulu. Tapi sekarang inilah saya, kebingungan mengungkapkan sesuatu padanya. Saya takut akan tanggapannya, takut dia tersakiti, mimik mukanya yang ditegar-tegarkan itu malah membuat ia terlihat jauh lebih rapuh. Saya juga tidak siap menanggung konsekuensi ikut dibencinya setelah saya mengungkapkan komplain beberapa pihak itu.

Mungkin, seperti halnya dia, saya juga telah berubah. Peribahasa yang dulu saya anggap hanya dilakukan orang-orang yang miskin ekspresi, Silence is Gold, kini juga saya anut. Mungkin untuk sementara saya memang lebih baik diam, mencari cara terbaik untuk berbicara dengan kawan saya. Sementara, saya akan memikirkan dulu skenario yang paling tepat untuk berdialog dengannya. Yang paling aman dan berisiko paling kecil menyakiti hatinya. Sementara, peribahasa itu akan saya tulis di kertas A3 dengan spidol besar lalu saya tempel di dinding kamar. Tapi berhubung saya lebih suka cokelat daripada emas, peribahasa itu akan saya aransemen ulang sedikit, hemm, Silence is Chocolate...

Monday, March 22, 2010

Dia dan Sudut Eksklusifnya

kenapa saya selalu teringat anda?kita?
banyak hal berdesakan memenuhi rongga kepala dan hati saya
tapi anda, dengan sombongnya, duduk santai di sebuah sudut eksklusif
wilayah kekuasaan anda sedari dulu

anda tentu masih ingat, berapa ratus, ribu kali saya berusaha mengusir anda
walau sampai saat ini, belum sukses saya membuat anda hengkang
jangan tertawa! saya serius.
saya tahu, terkadang saya tak ingin anda pergi
saya ingin anda tetap di sudut itu
meski keberadaan anda sangat absurd dan mengganggu
sering sampai pada taraf menyakiti

sesekali saya memang hanya butuh anda ada
di mana saja anda suka
dalam bentuk bagaimanapun sesuai mood anda

tapi sejujurnya saya paling ingin menemukan anda dalam dunia bernama realitas
saya tahu anda tahu kalau ini harapan lawas dalam hati saya
dan saya hampir kelelahan menggantungkannya
oke,silahkan memandangi saya sambil tersenyum mengejek
saya hanya ingin bertanya, untuk ke sekian puluh ribu kali
apa yang ingin anda dapatkan dengan membiarkan saya berkelana sendirian
seringkali tak sanggup berdiri lalu bersandar pada bayangan yang timbul di hari terik
bahkan itu bayang-bayang saya sendiri
tak pernah anda

ya,ya,sepertinya saya memang tak bisa memungkiri kekuasaan anda
atas perasaan saya
terserah anda lah, kapan mau muncul di hadapan saya secara de facto
hingga saya bisa bersandar pada bayangan yang timbul di hari terik
bayang-bayang anda
detik ini lagi-lagi saya harus mengalah pada lelucon keterlaluan anda
permainan petak umpet yang anda paksakan untuk saya mainkan
detik ini masih saya biarkan anda di sana
sudut eksklusif itu
menjadi sosok yang sok misterius

terserah anda,
jangan salahkan saya kalau saya terlanjur bosan ketika anda datang
ya,ya,hentikan tawa intimidatif itu
ya,ya,saya tahu saya tak akan merasa bosan menunggu
dan dengan konyolnya, terus berharap

Wednesday, February 17, 2010

the mate

theRe must be Something foR my SouL somewheRe
i juSt have not met it yet
my mate. . .

jangan begitu nona missy,,

jangan begitu nona missy,,
diucapkan dengan nada khawatir oleh seorang budak kulit hitam pada majikannya, seorang gadis muda kulit putih yang terlihat keras kepala...

kalimat di atas adalah cuplikan telenovela *sinha moca* atau little missy yang akhir-akhir rajin saya tonton =D

sebenarnya saya bukan penggemar serial latin yang (menurut saya) cerita-ceritanya klise dan terlalu mengada-ada. hampir semua tentang gadis miskin yang jatuh cinta pada lelaki kaya lalu disengsarakan keluarga si lelaki. awalnya saya menonton little missy iseng saja, berhubung liburan semester ini nganggur di rumah, jam 10-an pagi adalah jadwal saya cuci2 baju. untunglah di rumah ada mesin cuci (tdk seperti di kosan *huhu) jadi sambil nunggu si mesin cuci beraksi, saya punya waktu luang untuk melakukan hal-hal lain yang lebih berguna. hal-hal lain ini berarti menonton televisi. hehe

awalnya saya cuma tertarik pada aktor-aktornya yang kiyut-kiyut seperti pemeran dr Rodolfo Fontes, adiknya, Ricardo Fontes, dan kawan mereka, dr Jose Coutinho *haha,sampe hapal. karena tidak ingin melewatkan ketampanan latin mereka, otomatis saya selalu duduk manis di depan tv, semaksimal mungkin menunggu kemunculan mereka. otomatis pula saya mengikuti kisahnya. jadi berasa mirip tante2 tetangga sebelah rumah saya dan pembantunya yang addict telenovela. kalau mereka sedang cerita2, hebohnya sampai se RT *hoho. wah, tapi ternyata not bad juga ya jeung. haha

ceritanya cukup variatif, dengan latar tanah pertanian brazil abad ke-18. menarik sekali cerita tentang pemberontakan budak-budak kulit hitam yang jadi sentral cerita, selain konflik cinta-cintaan para pemainnya. Little Missy, atau Maria Ferreira adalah gadis muda putri tuan tanah paling berkuasa di daerah Araruna, Baron Ferreira Araruna. sejak kecil ia tidak menyukai perbedaan kehidupan kulit putih dan kulit hitam, ia pun sangat akrab dengan para negro. sepulang dari sekolah di Rio De Janeiro, Missy menjadi pribadi yang lebih kritis dan lebih berani menentang kesewenang-wenangan ayahnya. ia mengagumi Rafael, seorang budak berdarah campuran, teman masa kecilnya yang menghilang lama dan kembali sebagai Dimas, pemuda yang melakukan banyak hal untuk menentang perbudakan. Missy sebaliknya sangat membenci Rodolfo, pengacara muda yang tampak acuk tak acuh dengan keadaan sekitar, yang dijodohkan Baron dengannya. ceritapun berkembang dengan (cukup) tak terduga. Rafael ternyata saudara seayah dengan Missy, namun dari ibu seorang budak. Rodolfo ternyata penggerak dari kelompok penentang perbudakan. cerita orang-orang di sekitar Missy, seperti budaknya, Adelaide (yang menjalin hubungan dengan dr Jose Coutinho), Justinho (budak yang sering dicambuk karena memberontak), dan Ana (gadis lugu yang menyukai Rodolfo) juga menjadi bumbu yang cukup gurih.

saat iseng-iseng googling, ternyata ada fakta yang menarik. serial ini adalah remake dari serial berjudul sama yang tayang di akhir tahun 80-an dan menjadi telenovela kedua yang tayang di Indonesia. Sinha Moca diputar di TVRI dan (katanya-berhubung saya belum lahir) menjadi tontonan booming kala itu.

heuh,sayang sekali senin depan saya sudah harus kembali kuliah sehingga tidk bisa lagi mengikuti telenovela yang mulai saya tunggu-tunggu ini. saya jadi tidak bisa melihat gaun kurungan Missy yang warna dan rendanya sangat matching dengan pita rambut, topi, dan payungnya. saya juga tidak bisa mengikuti proses jatuh cintanya Missy pada dr Rodolfo, my man. huhu, au revoir monsieur Fontes. . .

Tuesday, February 16, 2010

well, im not a good blogger

one day my close friend told me something about blogging. she said that blogger needs readers for his/her blog. these reader can also give good suggestions to solve the problem written. i know shes right. but sometimes, i just want to write down my idea for my own satisfaction. it is okay if there are no readers then. i just want to tell somebody. and that somebody could be.. just me.

-ordinary girl on ondinary early morning-

entah apa seharusnya judulnya

ah.sudah lama saya absen posting. yang sinyal ngadat lah. yang jatuh sakit lah. hehe. tapi pagi-pagi buta begini tiba-tiba saya kangen pengen nengok anak. blog ini maksudnya. dan ternyata saya punya timbunan draft yang semuanya belum completed dan tidak ada satu pun yang jadi saya post-kan. nasibnya jadi mirip dengan cerpen (atau mungkin lebih tepatnya coretan yang saya anggap cerpen) yang menggunung di harddisk notebook atau tersebar di macam-macam permukaan(kertas, tisu, daun, etc) di rumah dan tempat kos. entah apa ya namanya. mungkin saya punya penyakit tidak-senang-mengerjakan-sampai-tuntas. tulisan-tulisan saya kalau dikumpulkan mungkin mencapai ratusan, tapi ya itu tadi, selalu mandheg di tengah-tengah. hanya nol koma sekian persen yang menjadi tulisan sempurna dan tidak menyebabkan pembaca repot mengarang sendiri lanjutannya =)

terlepas dari kealpaan saya untuk menyelesaikan tulisan-tulisan itu, saya rasanya punya banyak sekali ide di benak saya. ide segala genre. saya suka berkhayal dan mengomentari apa saja yang menarik bagi saya. mungkin itu sebabnya pikiran saya seperti melompat-lompat. sibuk memvisualisasikan satu ide lalu ide lainnya. begitu pula tulisan saya. juga cara saya berbicara. sudah seringkali saya mendapat teguran teman agar pembicaraan saya diurutkan, agar saya belajar mengungkapkan sesuatu secara metodis. yah, untuk even-even tertentu saya memang kemudian menyesuaikan diri dan berusaha tidak melompat-lompat dari stu hal ke hal lainnya. tapi untuk orang-orang terdekat, saya memang tidak bisa merubah diri. teman-teman saya harus siap menerjemahkan kalimat-kalimat serampangan-terkadang ambigu-terkadang dalam bahasa asing yang ngawur, yang saya gunakan ketika ingin mengungkapkan ide-ide saya. saya punya banyak data. anda sendiri yang harus memilah-milah dan mencernanya. hehe

nah,tiba-tiba pada detik ini saya ingat apa yang ingin saya posting sebenarnya, sebelum saya menulis kesana-kemari, tak karuan. saya tadinya ingin bercerita tentang betapa bencinya saya pada politik. betapa pejabat di televisi sampai teman-teman di lembaga pers yang melakukan praktik politik selalu sangat memuakkan bagi saya. saya lupa siapa tepatnya, tapi seorang tokoh nasional pernah berkata bahwa kebenaran politik bukanlah fakta. tapi kepentingan. ini jelas-jelas menambah rasa tidak suka saya pada duniapenuh kebohongan dan kolusi ini. tentang politik praktis yang dilakukan para pejabat di senayan sana, saya memutuskan untuk bersikap apatis saja. lagipula mereka memang politisi. tapi beberapa oknum di lingkungan organisasi yang saya ikuti di kampus, membuat saya sebal. lembaga pers ini, apalagi lembaga pers mahasiswa seharusnya netral. lebih netral daripada media mainstream. tapi sekarang lingkungan saya pun terasa sesak, sarat kepentingan. ketika seorang teman bilang semua yang saya pikirkan ini tidak penting, saya bingung harus menjelaskan bagaimana padanya. saya terjebak di tengah badai politik di daerah yang seharusnya bebas politik. saya tidak bisa menyeberang keluar, saya terjepit di tengah-tengah. saya merasa sangat tidak nyaman. satu lagi yang bikin saya membenci politik, selalu membuat tidak nyaman. seperti pembalut tanpa sayap mungkin. haha,,

ups,tulisan saya yang cuma segini ini ternyata punya lebih dari satu inti dan susunannya kacau balau. sebaiknya saya hentikan saja sebelum tambah meracau. mari kita sholat subuh saja =)

Saturday, January 30, 2010

i have to be more thankful


It feels like somebody punch my face.

I was very ashamed when i read my friend's blog and an article on an online post.
I realized that i'm such a liar.
I always say "thank God", "thank God", at least five times a day, but i never did it with all of my heart. I just said that. Never thought that was so true. That God has gave me and still giving me amazing life. I have a great family, great friends, great opportunities in many things i loved..
I did still grumbling. Wonder why i'm not pretty, why other people have better life than me. What a stupid!

After read my friend's blogs, i knew that i must live my life fully. Enjoy every moment, sugary or sad. It's a blessing. It never happen twice, it never happen to another. It's unique, it's precious, it's mine...
When i read the article, i got the answer for my dumb and dumberer long lasting question. "Why ain't i pretty?". It's because i myself thought i'm not pretty. The article kicked me. It written; "..you have to be more thankful!"
My music player did help on these conspiracy, too. It played "tied together with a smile" by taylor swift...

"Seems the only one who doesn't see your beauty
Is the face in the mirror looking back at you
You walk around here thinking you're not pretty
But that's not true, 'cause I know you..."

Maybe this is the way my lovely God reminds me of my stupidity.
Now, with all mine, i'm saying; "Alhamdulillah.Thank you very much,God"
I do have a gorgeus life.
And everytime i feel sad, unfortunate, i just..

i just have to be more thankful :)

p.s thanks to anyin and ninneta.inspiring fighters.fight!

Thursday, January 28, 2010

kasus aneh lagi _ _"

Antasari dituntut hukuman mati jadi berita pertama yang saya lihat sore ini di di kotak ajaib saya ; televisi. Saya tidak tidak berani beropini bapak berkumis tebal ini memang melakukan apa yang didakwakan padanya atau hanya apes sehingga difitnah sedemikian rupa karena saya tidak memiliki kapabilitas. Tetapi manapun yang benar, kasusnya sejak awal mula telah membuat saya miris. Saya jadi sering tersenyum-senyum sedih sendiri, lebih sering bingung memikirkan problem ini dibanding problem dengan lawan jenis yang selalu terasa jadi inti hidup remaja hampir dewasa seusia saya. Kalau Antasari bersalah, sungguh mengerikan sekali kenyataan itu. Seorang pucuk pimpinan lembaga yang (seharusnya) kredibel di negara ini melakukan kejahatan-kejahatan picisan macam yang diberitakan. Tapi bila ia tidak bersalah dan sekedar korban konspirasi tingkat tinggi (yang skenarionya murahan sekali), saya lebih ngeri lagi. Betapa ribuan ahli di lembaga yang berwenang menangani kasus ini sangat buta, atau ternyata sangat bodoh (karena masuk lembaga itu juga cuma berdasar sogokan, bukan skill, mungkin), atau sangat kemaruk harta (yang demi suap beberapa M atau T, mungkin) membiarkan kasus konyol ini sedemikian berlarut-larut dan memporak-porandakan lembaga sekelas KPK. Juga menyengsarakan orang-orang yang tidak bersalah. Apapun, bagaimanapun, salah atau benar, tuntutan hukuman mati ini tetap membuat saya sedih dan terbebani. Satu lagi kasus besar, memiriskan, dan tampak tanpa akhir untuk Indonesia.

5 allowed lies in Bali


bon,,
Few days ago i had a trip to Bali, the goddess island, with my mom and her friends for three days..
We saw many places that's maybe always be the common tourist destinations, but it still extraordinary for me. It's because the last time i went to that statue island was when i'm one year old, still a cute baby,not yet a beautiful girl like today ;p

We went to 'tanah lot';beautiful shore on south Bali, 'tanjung Benoa';awsome cape with little island near to for turtle breeding, 'pantai Kuta';famous beach which full of foreigner hangin' out, 'Bedugul';gorgeous Balinese temple in the edge of 'Batur' huge lake, 'Garuda Wisnu Kencana';lime hill shaped with a biggest statue in the world to be-the god of Hindu riding on a Garuda bird covered by gold-inside, and many shopping stops. We also saw the Barong dance which is full of magic.

Our tour guide on that occasion was a warm and humorous man, I Putu Sarjana, called Bli Gde (Bli means big brother and Gde means the oldest child in the family). He, as a guide expected to be, told us many stories about Bali all along the way. He spoke and spoke but surprisingly, it never made me boring. He told us about the places, the cultures, to the mythes of his Island. It gave me new knowledge. Vacation with adding knowledge was always be my favourite.

The interesting one that he told me (us i mean) was about five allowed lies for Balinese.

I never thought about lie that is allowed before, but Bli Gde told me there were five good lies allowed in Bali. I can't remember the sequence so just pretend there are no sequences. xixi. Well, first is lie by the doctor to the patient. It's needed on the such situation where the patient is in very bad condition and logically, near the death. The doctor allowed to lie to the patient or the patient's family to reduce their worries. Second, the adult's lie to the kid. Sometimes, kiddo do some silly things that can danger their life like run around a well. Their parent maybe tell them a lie about a ghost that live inside the well to keep them safe. Third, the lie of the seller to the buyer. For example, "this is special for you miss, 15% discount for your beauty". Fourth, ....

emm i forget :p let me think first. Well, for a while, let this to be continued..

Tuesday, January 19, 2010

au revoir, vijay...

This morning one of my close friend, Dina, sent me a short sad message.

"fi, vijay's passed away..... :'("

Well,it's sad,but not so shocking. Every living creature has to go to somewhere up there one day,rite?including,vijay. Vijay Malhotra. Maybe you're guessing now, who is Vijay? A friend of exchange program? No. The guy next door? Another no. A movie star from India? Oh, please..

Vijay Malhotra is Dina's pet. Male hamster. I never like hamster before, because i can't find the difference between hamster and rat. Well, i'm not sweet. But i like Vijay. Cute, little hamster with white fur. And biting hobby. He bites everything, especially Dina's finger.

I guess he died because of dehidration. Dina treated Vijay like she treated her (dead) rabbit, Satsuke. Water is restricted for rabbit. Dina thought that water is restricted,too, for hamster. So, from the first she bought Vijay, about two weeks ago, she never let him drink.

But yesterday, we have talked to our junior on college, Rezdy, who has a hamster,too. He's so shocked when heard about Vijay and Tumi (Dina has two hamster) which never see water for about two weeks. He shouted, almost yelling to Dina,

"They will die tomorrow!Give them drink!"

Dina was so afraid and went home soon. She let them drink. But it's too late for Vijay. I'm hoping it's not too late for Tumi. Tumi is still alive rite now, although she looks so exhausted. Tumi, fight! Vijay, au revoir.....

Monday, January 18, 2010

breakfast,,

---i need a breakfast
for running my simple life
i do need the breakfast; hope---


#fibiangliliana,starving,yet hopeless#

this is weird

"i don't know what's rite and what's real anymore.
and i don't how i meant to feel anymore..
when do you think it will all become clear?
cause i'm being taken over by the fear..."

just like lily allen's lyrics above.
i'm undeniably confused.
few of my close friend-as i thought before-are changing.
our relationship getting worse.
unhealthy competition.
full of black campaign.
hello,you there,my lovely friends..
do you think it's really worth it?
you gave up our relationship for what? 'power'?
for being a leader on the community?
community that grown us up and made us good partner in crime?
oh please, it's so silly.so immature.
our friendship is more valuable.trust me,,

-fibiangliliana for fantastic four member-

Hebe Premium XXI and Theatrical Hall

Saya baru saja membaca sebuah artikel menarik-sekaligus miris-dari kompas.com sub kesukaan saya,kota tua. Fyi, tiap kali online saya menyempatkan membaca satu dua berita baru tentang sejarah,cagar budaya, dan mantengin foto-foto yang ciamik bernuansa tempo dulu di dalamnya.
Kali ini yang menarik perhatian saya adalah rencana pembongkaran bioskop jadul bernama Hebe di daerah Pangkalpinang, Bangka-Belitung. Bagi yang bingung ini di daerah mana, mungkin anda ingat tempat Ikal,Arai, dan Jimbron, para pemeran utama film layar lebar Sang Pemimpi tinggal dan menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas. Ya itulah Pangkalpinang. Bagi yang ingin tahu bentuk bioskop Hebe yang akan dimusnahkan itu, berhubung saya yang newbee ini belum bisa posting gambar, yah bolehlah anda bayangkan bioskop yang ada di film Sang Pemimpi itu juga. Nggak jauh beda,kok.

Bioskop ini didirikan pada 1917 oleh seorang mayor China, Majoor titulair der Chineesen Oen Kheng Boe, seorang pemimpin komunitas Tionghoa. Karena sejarah Pangkalpinang yang penuh dengan tambang timah dengan pekerja yang berasal dari China, Siam, dan Melayu, maka peninggalan berupa bangunan di kota ini kebanyakan berarsitektur gabungan antara China, Eropa, dan Melayu meski paling kuat adalah pengaruh China dan Eropa. Termasuk juga Hebe.
Dilihat dari mata saya yang minus empat, tapi masih bisa melihat jelas berkat kacamata saya satu-satunya, bangunan Hebe ini masih lumayan kokoh berdiri walaupun tampak terlantar sehingga menimbulkan atmosfer horor. Sehingga aneh rasanya kalau bangunan ini dirobohkan begitu saja, bukannya direvitalisasi. Apalagi alasan perobohan bangunan adalah untuk pembangunan sebuah mall plus hotel sepuluh lantai yang prestisius di atasnya. Alasan yang kuno sekali, bahkan lebih kuno dari si Hebe.

Sejak dulu, di Indonesia yang katanya menghargai sejarah ini, banyak sekali benda peninggalan sejarah yang dibumihanguskan untuk memenuhi pesanan segelintir pihak. Pihak yang berduit, tentunya. "Sekarang semua harus bernilai bisnis, taikucing sama sejarah", mungkin itu yang akan diucapkan oleh segelintir pihak itu bila fenomena ini difilmkan dan saya penulis skenarionya. Padahal ada banyak jalan tol menuju mall, ehm, maksud saya ada banyak cara untuk memberi nilai ekonomi pada sebuah situs sejarah tanpa harus men-delete nya dari muka bumi. Hebe bisa dijadikan museum, restoran, atau mungkin kembali menjadi bioskop seperti di masa mudanya dulu. Isinya dimodernisasi, dilengkapi fasilitas canggih tapi tetap tidak meninggalkan bentuk aslinya.

Tapi sayang, pemda tempat Hebe berdiri, kering ide dan kreativitas, serta penghargaan terhadap sejarah-yang mungkin berarti kering loyalitas terhadap bangsa juga?entahlah-. Sang Walikota bersikeras akan merobohkan tempat ini tanggal 20 Januari besok, apapun yang terjadi. Menurutnya, ini demi kepentingan warga juga. Dalam skenario film khayalan saya, akan ada remaja-remaja gaul yang berseru-seru; "kita-kita emang suka kongkow2 di mol neh,oom!."
Tekad bulat bapak walikota tercinta tidak juga tergoyahkan oleh surat Direktur Peninggalan Purbakala Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Junus Satrio Atmodjo yang meminta pembatalan pembongkaran Hebe. Surat dari Yoeseof Budi Ariyanto, kasubdit konservasi Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementrian Budpar, pada gubernur pun tidak digubris. Mungkin bapak walkot malah merasa berjasa karena bisa menyulap pasar kumuh, bangunan telantar, kawasan jorok jadi bagian pusat belanja modern yang ditunggu-tunggu para penikmat hedonisme. Si bapak ini juga pura-pura tidak mendengar(atau mungkin sedang pakai headset yang memutar lagu disko ketika itu) anjuran Menteri Budpar Jero Wacik pada seluruh pemda untuk memperhatikan persoalan BCB, Benda Cagar Budaya- bukan Bunga Citra Bestari- seheboh pemerintah memperhatikan persoalan pariwisata seperti akhir-akhir ini.

Pembantaian terhadap bangunan bersejarah ini juga jelas-jelas menyalahi UU No 5 tahun 1992 tentang BCB. Dalam kalimat pembukanya dijelaskan bahwa kita wajib mempertahankan dan memelihara sebagai kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Oleh karena itu perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional.

Entah bagaimana nasib Hebe di dunia nyata ke depannya, mungkin pak walkot yang tiba-tiba mendapat hidayah dari Allah, dengan bijaksananya membiarkan Hebe tetap hidup, dan bahkan merawatnya penuh kasih sayang. Mungkin juga Hebe akan jadi tinggal cerita, sebuah bioskop eksotis yang konon pernah ada di bumi jadul nusantara. Tinggal cerita saja yang dibuang ke recycle bin bersama ingatan tentang harimau Sumatera.

Tapi yang pasti, dalam skenario film box office ciptaan saya, Hebe akan tetap ada. Bahkan lebih eksis. menjadi bioskop dan gedung teater terbesar di negeri Indonyasiapa. "Hebe Premium XXI and Theatrical Hall". Bangunannya akan megah dan lebih eye-catchy, isinya full-modern facility,tapi tetap Hebe. Kalau Majoor titulair der Chineesen Oen Kheng Boe berjalan-jalan ke daerah sana, ia akan masih bisa mengenali Hebe dengan jelas dan pasti. Coba saja tanya.

-fibiangliliana,dini hari-

Sunday, January 17, 2010

grudge-of the cruel score (cruel score part 2)

i was online on facebook just a few minutes ago.
i was jump here and there to my friend's account,saw the photos and the update status.
read the great, standard, and super weird new notes of some close friends.
i was happy then.for a moment.
i suddenly went to chat box, going online, inspecting who's fascinating there to be chat with.
kaaaaboooooommm!!!!!
i saw him!
a little picture of him, grinned, and his holiness name.
"aaaaaaaaaaaaaaaaaarghh", i just wanted to jump out from his pc and yelling.


"are you human being,sir?how can a human doesn't have heart like you?"
"iyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaayyy", i'll yell louder. i'll look into his eyes.digging his eyeballs with the laserlight from my super eyes.
"i will sue you for making my GPA sounds like rubbish.you're heartless!"
when he's still stupified by his shock,i'll look for his two sons and kidnap them.grudge inside.revenge begin....i'll make them my maid.do the houseworks.work over my tasks.in the evening,i'll just feed them with some beans which i throw to the furnace.just like the stepsister to cinderella.hahahahahhaha *soap opera laugh


then i went back to reality.earth.
ehm.
i just starred at his name,his photograph,and went into his account.
just an ordinary lecturer,ordinary professional,ordinary father.
it's a pity he has no torn in his head.no evil expression.
i double-clicked my mouse to see my table of score.
C.
c for cold.stayed there starred back at me just like a horrifying creature.
well God.maybe it's just fair.maybe my lecturer had a special reason behind,for giving me rubbish score over my precious-it's not worse than my other classmates-works.


hfff,once again i've realized,maybe it's not the score that is so cruel.
maybe it's me.i've been daydreaming to become cinderella's stepsister,rite? >,,<

Friday, January 15, 2010

my old poet

i just find my old memoar with a weird 'poet' (or what else) made by fi biangliliana inside.
i remember this amateur poet was inspired by the words of my chinese friend.he just want a chinese girl to be "in a relationship with".oh boy :D

----------------------------------
lelaki Tionghoa itu tak pernah tahu, aku selalu memandangnya dari jauh.
aku hafal betul gerak-geriknya, lekuk rahangnya, dan matanya yang bersinar-sinar ketika dia tertawa bahagia.

ia juga pasti tak tahu, betapa inginnya aku jadi wanita itu.wanita yang merantai hatinya.
yang bisa membuatnya tersenyum sendiri dan terkadang mengernyit kesakitan, menahan tangis.

aku bahkan ingin menjadi Tionghoa, sejak hari ia mengatakan, hanya akan memilih teman hidup dari suku yang sama. sungguh, ia tak tahu bagaimana aku selalu meminta ia pada Tuhan, untuk menjadi teman hidupku.

lelaki Tionghoa itu terus saja menatap satu titik. titik tanpa aku.
tapi aku tak apa. aku cukup memandanginya dari jauh saja.
menghafal gerak-geriknya, lekuk rahangnya, dan matanya yang bersinar-sinar ketika dia tertawa bahagia.

dan sesekali mungkin aku berusaha mencium wangi rambutnya.

cruel score!!!

hmh..
i've got a C on one of the class i followed last semester.
it's much disappointing.
i think i've done my best,as best as i could.
however, maybe my lecturer could still see how i disliked his class.
should i just pretended to be so interested on that stuff like my other classmates?
should i go and talk with him,chit-chat,asking how i can motivate myself to be a good young people,etc,etc?
oh God, that's so not me.
to be such a "licker"(haha,what's it called?) like that..
i don't like his class.
i hate his subjective point of view.
or...
or maybe he and his class weren't so that terrible.
maybe it's just me who's looking for an alibi ;p