Kau tahu, hari ini
aku merasa ingin sendiri saja di sini. Menikmati langit, angin, pepohonan
dengan kera-kera kecil berayun di pucuk-pucuknya, dan air asin yang
menyelimutiku sampai ke dagu. Aku tak mau ada kamu. Aku tak mau perhatian dan
apresiasi atas keindahan ini terdistraksi olehmu.
Berenang sendiri
saja sana, susuri karang-karang rendah tempat bersembunyi hewan-hewan kecil
itu. Atau tunggu saja di depan tendamu.
Nanti, setelah puas
aku menyesap alam yang menggodaku ini, kau akan kuhampiri. Kita akan duduk
berdempetan di atas pasir, terhangati kehadiran masing-masing. Aku akan
mendengarmu bicara, meneguk keberadaanmu. Sesekali aku menatap matamu sebelum
kembali menekuri bulir-bulir pasir yang menggelitik jemari kakiku.
Nanti, itu nanti. Sekarang
biar aku merasai belaian lautan dan segala hal yang terhubung dengannya. Kau tak
perlu menguatirkan kealpaanku atas keterampilan berenang. Aku tak akan
tenggelam di lautan ini, aku hanya bisa tergulung ombak dan tenggelam di laut
matamu.
p.s. sedang terjadi
hubungan arus pendek dalam otak saya sehingga muncul ‘sajak’ absurd macam ini. too
lame yak? >.<
1 comments:
kalo ada lelaki bermata laut,
apakah berarti ada lelaki bermulut camar? #eeghh
Post a Comment